Senin, 19 November 2012

Sistem Mengajar Harus Berubah dari Analog ke Digital!

Pengamat: Sistem Mengajar Harus Berubah
Minggu, 23 September 2012 12:49 WIB

Komisi D Usulkan Ada Lembaga Corporate Untuk SBPP
SURYA Online, MALANG - Pengamat Pendidikan Kota Malang, Suparto menilai, agar Pemkot dan DPRD Kota Malang lebih serius lagi dalam membahas rancangan peraturan daerah (ranperda) pendidikan yang saat ini masih dalam pembahasan.

Menurut Suparto yang juga mantan sekretaris Dewan Pendidikan Kota Malang itu, jangan sampai perda baru sama saja dengan perda pendidikan lama yang disahkan pada 2009 lalu.

"Ada hal-hal baru yang harus dimasukkan dalam perda pendidikan, misalnya karakteristik peserta didik," kata Suparto, Minggu (23/09/2012).
Karakter peserta didik, jelasnya, harus digali lebih dalam agar kualitas pendidikan di Kota Malang lebih bermutu.

Dia katakan, dalam perda sebelumnya, tidak ada klausul yang menjelaskan sistem pengajaran harus melihat karakteristik peserta didik. "Karakter peserta didik ini maksudnya, pengajar harus menyesuaikan dengan kondisi siswa yang sudah generasi digital," jelas dosen Bahasa Inggris di Universitas Muhammadiyah Malang itu.

Berdasarkan pengamatanya selama ini, pendidik masih berkarakter analog, artinya, pemikiran dan cara mengajar masih banyak yang berbasis tradisional, seperti ceramah. Sementara siswa generasi digital tidak menyukai sistem mengajar menggunakan ceramah.

Mereka lebih menyukai belajar dengan sistem teknologi, seperti menggunakan slide, power point, dan lainya yang berhubungan dengan teknologi. "Generasi digital dan analog itu sangat bertentangan. Itu yang harus dirubah. Pendidik yang harus menyesuaikan dengan generasi sekarang," ungkapnya.

Dia akui, perubahan sistem pembelajaran dari analog ke digital memang tidak mudah. Terlebih banyak pendidik yang masih gagap teknologi. Namun menurutnya perubahan itu perlu dilakukan sedini mungkin. Apabila tidak segera dirubah, dia khawatir, kemajuan pendidikan akan terhambat.
http://surabaya.tribunnews.com/2012/...-harus-berubah

-----------------------

Kalau yang dimaksud sistem pengajaran digital itu sekedar memakai LCD dan 'power point' doank, itu mah sama saja dengan model pembelajaran yang menggunakan OHP zaman jadul dulu. Begitu pula bila 'text book' yang dipakai guru/dosen, hanya e-book saja. Apa bedanya dengan yang cetakan? Bahkan murid akan lebih mudah dan lebih praktis membaca yang cetakan daripada yang bentuknya e-book (karena harus buka laptop atau tablet dulu kalau mau membacanya). Disamping itu, pembelajaran digital kalau tak didukung kecepatan internet yang memadai, sama saja bo'ong! Sementara jaringan internet di Indonesia itu, kalau pagi hingga siang hari, leletnya minta ampun. Itu belum diperhitungkan sarana internet yang belum semua wilayah di Indonesia bisa dijangkau Pemerintah. Dan, kalau di luar jawa, ada masalah krusial lainnya ... listrik PLN suka byar-pet, tapi lebih banyak padamnya! Bijimana guru/dosen bisa menyampaikan materinya kalau listrik mati?

Kelemahan sistem pengajaran digital yang utama adalah, kurangnya kreativitas siswa dan mahasiswa. Mereka hanya punya skill 'browsing' ke embah Google aja, dan apalagi kalau kemudian bukan keahlian 'copy paste' setiap ada tugas dari guru/dosen. Di kampus gua, gara-gara budaya 'copy paste' ini , sebagian Dosen tak mempercayai 'kejujuran' mahasiswa untuk tidak sekedar meng-copy paste tugas temannya. Makanya, kami 'disiksa' harus mengerjakan tugas dengan tulisan tangan! Padahal kan seharusnya itu paper-papaer dan tugas yang diberikan kalau si dosen ybs mau, bukannya bisa langsung di postingkan via email ke situs dosen ybs. Tapi sang dosen kagak mau menggunakan sarana itu, padahal dia punya situs sendiri yang disediakan universitas. Gila kagak tuh dosen!
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar