Senin, 19 November 2012


Sering Tawuran, Fungsi Dinas Pendidikan Dipertanyakan


JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi brutal para pelajar SMA 6 dan SMA 70, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, seakan menemui puncaknya. Setelah bertahun-tahun terlibat tawuran, Senin (24/9/2012) siang, seorang pelajar tewas setelah kedua kelompol pelajar, adu jotos.

Seringnya aksi tawuran antara kedua sekolah elit tersebut menimbulkan pertanyaan, apakah fungsi pembinaan Dinas Pendidikan DKI Jakarta terhadap dua sekolah itu berlaku? Penegasan itu diungkapkan Samsul Ridwan, Sekjen Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) saat dihubungi Kompas.com, Senin petang.

"Saya memandang karena kasus ini sudah berulang kali terjadi. Artinya, Dinas Pendidikan DKI Jakarta tidak bisa mengurai masalah ini sampai ke akar-akarnya. Saya kira mereka yang bertanggung jawab akan hal ini," ujarnya.

Samsul melanjutkan, kasus-kasus tawuran diantara dua sekolah tersebut, tidak pernah diselesaikan hingga ke akar permasalahan dan hanya diselesaikan hanya setiap ada kasus. Pada proses itu lah seharusnya, Dinas Pendidikan DKI Jakarta, sebagai pembuat kebijakan mengambil peran.

"Ada baiknya pihak pengelola sekolah, orang tua murid, pihak kepolisian, Dinas Pendidikan DKI, semuanya duduk bersama mencari akar masalah. Semua harus bersikap tepat," tambahnya.

Lebih jauh, ia melanjutkan, aksi brutal yang dilakukan pelajar itu disebabkan oleh sosialisasi perilaku terhadap orang dewasa. Namun, faktor tersebut seharusnya dapat diantisipasi oleh peran institusi pendidikan. Namun, akibat kurangnya kebijakan terpadu sekolah tersebut, membuat perilaku pelajar kian tak terbendung.

Pernyataan Samsul, terkait dengan peristiwa tewasnya, Alawi, pelajar SMA Negeri 6, Senin siang. Siswa kelas X-6 tersebut tewas setelah mengalami luka bacok yang menembus bagian tengah dadanya. Sementara, tiga korban luka lainnya adalah Farouq, menderita luka di jari-jari dan lengan, Dimas mengalami luka di pelipis, dan Zurah mengalami luka di lengan dan punggung.

Keributan antara pelajar SMA Negeri 70 dan SMA Negeri 6 Jakarta, berlangsung saat jam pelajaran usai, yaitu sekitar pukul 12.15 WIB. Kelompok pelajar SMAN 6 tengah menuju arah Bulungan. Saat mereka tiba di bundaran Patung Tangan, belakang Blok M Plaza, rombongan siswa SMAN 70 pun datang menyerangnya.

Lantaran diserang tiba-tiba, menggunakan senjata tajam dan kalah jumlah, rombongan pelajar SMAN 6 pun kocar-kacir melarikan diri ke arah timur. Yang menjadi korban adalah rombongan kecil yang menjadi kelompok terdepan, yakni Farouq cs.


Perkembangan berita tawuran pelajar SMA Negeri 70 dan SMA Negeri 6 dapat diikuti ditopik: Tawuran di Bulungan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar